This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 10 Februari 2016

Aliran Pencak Silat

Seni Pencak – Pencak silat adalah salah satu warisan budaya Indonesia,selain sebagai pelindung diri pencak silat juga mempunyai gerakan seni yang bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.Semua aliran pencak silat di Indonesia bernaung dalam satu organisasi yang dinamakan IPSI.

Dari berbagai daerah mempunyai aliran perguruan silat sendiri dan mempunyai ciri khas masing-masing.Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran perguruan silat yang terkenal dan banyak menciptakan atlet-atlet berprestasi dalam kejuaraan silat.Apa saja aliran silat yang terkenal di Indonesia ? Mari kita ulas bersama-sama :

ALIRAN PERGURUAN PENCAK SILAT di INDONESIA

1.Psht/Sh Terate

Salah satu perguruan silat yang didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Pilangbango pada tahun 1922.Yang mengajarkan tentang kesetiaan pada hati sanubari sendiri yang bersandarkan pada Tuhan Yang Maha Esa.Aliran pencat silat ini mengutamakan persaudaraan dan berbentuk organisasi.

2.Silat Cimande

Salah satu pencak silat tertua di Indonesia yang gerakannya banyak diadopsi oleh berbagai perguruan silat di Indonesia

3.Pencak Silat Pagar Nusa

Perguruan silat dibawah naungan Nahdlatul Ulama yang menampung berbagai perguruan dan aliran pencak silat dikalangan Nahdliyin.

4.Pencak Silat Putra Kera Sakti

Salah satu perguruan silat yang didirikan oleh R.Totong Kiemdarto di kota Madiun pada tahun 1980.Pencak silat dengan aliran tenaga dalam dan perpaduan silat di nusantara dan kuntao monyet.

5.Pencak silat Persinas asad

Perguruan silat yang religius yang banyak mencetak pesilat International.Sudah banyak atlet-atlet Persinas Asad yang mengikuti World Art Championship.

6.Silat Kijang Berantai

Pergurun silat yang didirikan oleh Hj.Djuhardi dari kampung Dagang.Kabupaten Sambas

7.Pencak Silat Pamur

Perguruan silat yang didirikan oleh Raden Hasan Habudin pada tanggal 31 DESEMBER 1951 Di Pamekasan Madura.Perguruan ini mengandalkan rasio sebagai unsur utamanya.

8.Pencak Silat Perisai Diri

teknik silat Indonesia yang diciptakan oleh Dirdjo (mendapat penghargaan pemerintah sebagai Pendekar Purna Utama) yang pernah mempelajari lebih dari 150 aliran silat nusantara dan mempelajari aliran Kung Fu Shaolin selama 13 tahun. Teknik praktis dan efektif berdasar pada elakan yang sulit ditangkap dan serangan perlawanan kekuatan maksimum. Saat ini merupakan silat yang paling dikenal dan banyak anggotanya di Australia, Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.

9.  Silat Riksa Budi Kiwari

perguruan ini didirikan oleh Ujang Jayadiman pada tahun 1982 di Bandung. Meskipun usia perguruan ini tergolong masih muda, namun telah mencetak banyak atlet-atlet berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

10.  Silat Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria

Organisasi pencak silat bernuansa Katolik yang didirikan oleh 7 dewan pendiri, diantaranya Romo Hadi, Pr. dan Romo Sandharma Akbar,

11.  Pencak Silat Siwah

Aliran silat asli yang berasal dari daerah Aceh yang memadukan empat aliran asli Aceh, yaitu dari Peureulak, Aceh Besar (Keudee Bing - Lhok Nga), Pasee, dan Pidie.

12.  Porsigal (Pendidikan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat)

Organisasi ini didirikan oleh Atimiyanto, S.H. di kabupaten Blitar pada tanggal 2 Maret 1978 sebagai pengembangan dari silat Sentono warisan Heyang Ageng Raden Tumenggung Hasan Witono.

13.  Silat Merpati Putih

Perguruan pencak silat bela diri tangan kosong (PPS Betako).

14.  Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah

0rganisasi pencak silat yang menjadi wadah pendekar-pendekar yang berada di lingkungan Muhammadiyah.

15.  Silat Zulfikari

Ajaran bela diri dari Qadiri Rifai Tariqa.

16.  Silat Gerana (Gerak Raga Buana)

Berasal dari Bandung yang didirikan oleh 3 orang pendiri, yakni Ujang Tohari, Yuliandi P., dan Oga N.I. Pencak silat yang mengacu pada gerak seni serta kaidah pencak silat dengan perpaduan pernapasan murni yang diolah dari dalam tubuh manusia melalui proses rileksasi dan konsentrasi.

17.  Pencak Silat Sharaf (Silat Mubai)

Aliran silat modern yang benar-benar agresif yang enekankan pengajaran pada pertarungan tangan kosong, pisau, bagaimana cara mengatasi senjata api, dan gulat.

18.  Silat Hikmatul Iman Indonesia

Perguruan bela diri yang didirikan oleh Dicky Zainal Arifin. Ini merupakan aliran silat tersendiri tanpa pengaruh dari aliran manapun.

19.  Silat Elang Putih

Perguruan bela diri yang bertempat di Bogor). Ini merupakan aliran silat yang terdiri dari gabungan pencak silat aliran di Jawa Barat.

20  Pusaka Sakti Mataram Lakutama PPS Inti Ombak

Perguruan pencak silat yang berpedoman pada seni bela diri Kesultanan Mataram dan bercampur dengan aliran Madura yang berkembang dengan tujuan pelestarian budaya bangsa.

21.  Pencak Silat Pertempuran

Aliran silat yang terdiri dari gabungan beberapa aliran, terutama Pencak Silat Pamur dan Silat Sterlak. Pengaruh silat Indo-Melayu lainnya termasuk Seni Bela Diri Silat Jati Wisesa dan Raja Monyet Silat.

22. Pencak Silat Tri Bela

Gabungan dari tiga aliran Pencak Silat, IPSI, dan dua aliran tradisional. Tri Bela adalah perguruan pencak silat olahraga dan kesehatan yang merupakan sebuah unit kegiatan di IKIP Padang (Fakultas Pendidikan Olahraga).

23.  Pencak Silat Maung Lugay

Perguruaan yang berasal dari Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara yang bercabang di Cikarang Utara, Bekasi. Perguruan Maung Lugay didirikan oleh Usman Wijaya dan Ashari.

Demikianlah beberapa aliran perguruan Pencak Silat yang ada di Indonesia.Walaupun banyak aliran silat di Indonesia persatuan tetap terjaga.Mungkin masih banyak perguruan pencak silat yang belum bisa saya sebutkan.Selau menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.Terima kasih.
Sumber : wikipedia

Selasa, 09 Februari 2016

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI LUAR NEGERI

PERKEMBANGAN PENCAK SILAT DI LUAR NEGERI

Ajang Kejuaraan Dunia Pencak Silat ini dapat dijadikan sebagai alat pantau perkembangan pencak silat di luar negeri. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta yang datang dan prestasi yang diperoleh. Jumlah peserta yang banyak mempunyai indikasi bahwa pencak silat secara kuantitas telah menyebar ke berbagai negara, sedangkan masih minimnya prestasi yang dicapai menunjukkan bahwa pembinaan pencak silat di negara tersebut belum maksimal.

Selain perkembangan pencak silat di luar negeri melalui pengiriman pelatih dari Indonesia, para mahasiswa Indonesia yang kebetulan sedang belajar di berbagai negara seperti Eropa dan Amerika ikut menambah percepatan perkembangan pencak silat dengan cara membuka perguruan dari mana pelatih itu berasal. Ketertarikan orang asing dalam mempelajari pencak silat umumnya karena selain pencak silat dapat dipergunakan sebagai alat untuk membela diri, juga mereka tertarik dengan nilai estetika dalam aspek seni serta terkandungnya pendidikan budi pekerti dalam aspek mental spiritual. Saat ini kepelatihan di luar negeri ada yang masih dipegang oleh pelatih dari Indonesia, ada pula yang sudah mandiri dengan menggunakan pelatih dari negaranya sendiri. Berikut ini beberapa profil pelatih yang berperan dalam perkembangan pencak silat di luar negeri:

Inggris: Aidinal Alrashid (PS. Gerak Ilham, Bugis -Makassar), M. Otto S. Soeharjono (Perisai Diri, Jawa Timur). Belanda: FransVeetman (HPS Panglipur), Asisten: Ruben Wieringa (PPS Padjadjaran Nasional), Leo Lindeman (PS Bongkot Harimau). Spanyol: Juan Ignacio Barrenechea (Harimau Minangkabau), Gorka Atoiza Oruetxebarria. Belgia: Pieters Ludo, Pierers Jean, Pieters Patrick (PS Pukulan Bongkot). Austria: Eduard Linhart (Bongkot Harimau, PERPI Harimurti, Silat Gayong Fathani Malaysia). Perancis: Eric Chatelier (Setia Hati, Bongkot Harimau, Merpati Putih). Jerman: Joko Suseno (Tapak Suci). Swiss: Pascal Stiefenhoffer & Chantal Mattes (Perisai Diri). Itali: Emiliano Ruggeri (PGB Bangau Putih).

Pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ini, peserta yang datang hanya dari 20 negara saja, namun anggota Persilat yang ada lebih dari itu. Barangkali banyak yang belum siap untuk mengikuti event kejuaraan. Berikut ini adalah daftar anggota PERSILAT sejak tahun 1980 – 2000:

Asia: Indonesia (IPSI), Singapura (PERSISI), Malaysia (PESAKA), Brunei Darussalam (PERSIB), Thailand (PSAT), Philipina (PHILSILAT), Vietnam (ISAVIE), Myanmar (MPSA), Laos (PSL), dan Jepang (JAPSA). Eropa: Belanda (NPSB), Belgia (BPSB), Spanyol (ESPS), Jerman (PSUD), Austria (PSVO), Swiss (PSHT), Perancis (FPSF), Inggris (PSFUK), Norwegia (PSN), Italia (PISI), Denmark (PSD), dan Yunani (PSG). Australia dan Oceania: Australia (WAPSA), New Caledonia (MPNC), Selandia Baru (PSNZ). Middle East dan Afrika: Palestina (PSP), Turkey (PST), Marocco (PSM) dan Arab Saudi (PSAS). Amerika: Amerika Serikat (PS USA), Suriname (SPSA), dan Kanada (PSC). (Graspuzi)

sumber : http://indonesiaindonesia.com/f/14952-perkembangan-pencak-silat-luar-negeri/

Latihan Rutin Atlet Bola Volly

     Kegiatan Latihan rutinan yg diselenggarakan oleh bapak Kuat seorang guru Olah raga dengan Anggota para pemuda Desa Kebaturan Rt02/Rw06, untuk memajukan Deesa Kebaturan dalam Bidang Olahraga ,Latihan voly ini biasanya dilakukan pada sore hari setelah ba'da ashar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar ataupun yang lain.
     "Team Volly Desa Kebaturan Dibentuk tahun 2012, Yang Mana Pada saat itu banyak diselenggarakan Acara Pentandingan Voly  antar desa dan disamping itu juga banyak pemuda dari desa kebaturan mennjadi atlet  voly untuk  mewakili sekolahnya ,dengan adanya faktor tersebut maka saya membentuk team bola voly ini dengan rasa tanggungjawab dan juga adanya dukungan dari ketua rt desa kebaturan" ujar pak kuat.

      Dalam 3 tahun Teakhir Desa Kebaturan sudah menyelenggarakan 3 kali Pertandingan Yng merebutkan Piala kebaturan Cup dengan Peserta dari berbagai desa, namun sebagai tuan rumah desa Kebaturan Hanya Mampu mencapai Babak Perempat Final.
       Dalam hal latihan masih terkendala oleh faktor finansial dan atlet yg bekerja diluar daerah sehingga team menjadi lemah. Dengan keadaan tersebut Pak kuat Menjaring anak anak muda yng masih sekolah SMA, SMK, dan SMP .didesa kebaturan.
 Namun dari dilihat dari sisi positifnya Masyarakat Kebaturan Sudah mulai dikenal dengan team bola volynya yg handal., maka dari itu banyak atlet dari desa tetangga berlatih bersama dengan atlet desa kebaturan.
     

Sabtu, 06 Februari 2016

Teknik Bantingan

Teknik Menguasai Lawan Kuncian dan bantingan dalam pencak silat 
 adalah bagian dari teknik untuk menguasai lawan dan membuat lawan tidak berdaya dengan menggunakan kaki, tangan ataupun anggota badan lainnya. Teknik ini pada umumnya diawali dengan teknik tangkapan dan dilanjutkan dengan teknik kuncian dan bantingan sesuai dengan kondisi dan tingkat serangan yang diterima oleh seorang pesilat.

Berikut ini adalah beberapa teknik kuncian yang terdapat dalam pencak silat.
  • Teknik kuncian 1, sasarannya lengan bagian atas.
  • Teknik kuncian 2, sasarannya leher.
  • Teknik kuncian 3, sasarannya pinggang atau punggung lawan, dengan cara menekankan lutut dan menarik kaki tangan atau bahu lawan.
  • Teknik kuncian 4, sasarannya pergelangan kaki lawan.
  • Teknik kuncian 5, digunakan untuk menggagalkan usaha lawan menangkap kaki, dengan cara menekukkan kaki atau mengunci tangan lawan dan membawa ke bawah atau membanting.
  • Teknik kuncian 6, sasarannya lengan bagian atas.
  • Teknik kuncian 7, yaitu mengunci kaki lawan dengan kaki dengan tujuan agar lawan tidak mampu bergerak atau melangkah.
  • Teknik kuncian 8, sasarannya lengan bawah.

Baca: Teknik Belaan Dalam Pencak Silat Hindaran Tangkisan

Teknik Menguasai Lawan
Gambar: a) Teknik kuncian 1, b) teknik kuncian 2, c) teknik kuncian 3, dan d) teknik kuncian 4
eknik kuncian pencak silat
Gambar: a) teknik kuncian 5, b) teknik kuncian 6 c) Teknik kuncian 7 dan d) teknik kuncian 8
Teknik Bantingan dalam pencak silat
Bantingan adalah teknik menjatuhkan dengan mengangkat anggota tubuh lawan, yang diawali dengan teknik tangkapan. Berikut ini adalah beberapa teknik bantingan yang terdapat dalam pencak silat.
  • Teknik bantingan 1, gunanya untuk memusnahkan serangan kaki lawan dengan menggunakan teknik bantingan dengan bantuan besetan.
  • Teknik bantingan 2, merupakan salah satu cara untuk mengakhiri serangan lawan dengan teknik bantingan melalui bahu atau pundak
  • Teknik bantingan 3, merupakan salah satu cara untuk mengakhiri serangan lawan dari belakang dengan teknik bantingan melalui bahu atau pundak.
  • Teknik bantingan 4, yaitu mengakhiri serangan lawan dengan cara mengangkat tubuh lawan pada saat titik berat lawan masih berada di atas (belum stabil).

Baca: Latihan Sirkuit atau Circuit Training Diperkenalkan Oleh Negara
Teknik bantingan pencak silat
Gambar: a) Teknik bantingan 1, b) teknik bantingan 2, c) Teknik bantingan 3 dan, d) teknik bantingan 4
 
Lebih jelasnya pada aplikasi dibawah ini toton biar ngertiii

IPSI ( Ikatan Pencak Silat Indonesia )

Ikatan Pencak Silat Indonesia adalah induk organisasi resmi pencak silat di Indonesia di bawah naungan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia).
Lambang Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Pencak silat merupakan olahraga seni beladiri yang berasal dari bangsa Melayu, termasuk Indonesia. Jumlah perguruan pencak silat sangat banyak, berdasarkan catatan PB IPSI sampai dengan tahun 1993 telah mencapai 840 perguruan pencak silat di Indonesia. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). IPSI didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, Jawa Tengah.
Upaya untuk mempersatukan pencak silat sebetulnya sudah dimulai pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1922 di Segalaherang, Subang, Jawa Barat, didirikan Perhimpunan Pencak Silat Indonesia untuk menggabungkan aliran pencak Jawa Barat yang tersebar di seluruh kepulauan nusantara. Pada masa pendudukan Jepang, Presiden Soekarno pernah menjadi pelindungnya.
Upaya serupa juga diadakan di Yogyakarta. Pada tahun 1943, beberapa pendekar pencak silat, yaitu R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram, Mohamad Djoemali dari Taman Siswa, RM Harimurti dari Krisnamurti, Abdullah dari Pencak Kesehatan, R Soekirman dari Rukun Kasarasaning Badan, Alip Purwowarso dari Setia Hati Organisasi, Suwarno dari Setia Hati Terate, R Mangkupujono dari Persatuan Hati dan RM Sunardi Suryodiprojo dari Reti Ati, mendirikan organisasi yang bernama Gapema (Gabungan Pencak Mataram) untuk bersama-sama menggalang pencak silat yang tumbuh di Kesultanan Yogyakarta. Gapema ini merupakan sebuah batalyon yang seluruh anggotanya adalah pesilat dan turut berjuang dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.
Setelah beberapa tahun, tepatnya pada tahun 1947, di Yogyakarta juga berdiri satu organisasi bernama Gapensi (Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia) yang bertujuan mempersatukan aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Gapensi didirikan oleh Mohamad Djoemali dari Taman Siswa bersama beberapa tokoh pencak silat, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dari Perisai Diri, Ki Widji Hartani dari Prisai Sakti Mataram, R Brotosoetarjo dari Budaya Indonesia Mataram dan Widjaja.
Meskipun organisasi di Jawa Barat dan Yogyakarta ini bercita-cita nasional, keanggotaannya masih berskala lokal. Untuk itu PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia), yang kemudian berganti nama menjadi KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia), mengadakan sebuah Konperensi Bagian Pentjak di Solo pada tanggal 2 Juni 1948.
Pertemuan tersebut sebelumnya telah diawali dengan rapat pembentukan Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia di Solo pada awal tahun 1947 yang diprakarsai oleh Mr Wongsonegoro, yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Dari hasil rapat ini dibentuklah panitia IPSI (Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia) pada bulan Mei 1947 yang diketuai oleh Mr Wongsonegoro. IPSI bernaung di bawah Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
Para pendiri IPSI pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta adalah :
  • Mr Wongsonegoro, Ketua Pusat Kebudayaan Kedu
  • Soeratno Sastroamidjojo, Sekretaris Pusat Kebudayaan Kedu
  • Marjoen Soedirohadiprodjo dari Setia Hati Organisasi
  • Dr Sahar dari Silat Sumatera
  • Soeria Atmadja dari Pencak Jawa Barat
  • Soeljohadikoesoemo dari Setia Hati Madiun
  • Rachmad Soeronegoro dari Setia Hati Madiun
  • Moenadji dari Setia Hati Solo
  • Roeslan dari Setia Hati Kediri
  • Roesdi Imam Soedjono dari Setia Hati Kediri
  • S Prodjosoemitro, Ketua PORI Bagian Pencak
  • Mohamad Djoemali dari Yogyakarta
  • Margono dari Setia Hati Yogyakarta
  • Soemali dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia
  • Karnandi dari Kementerian Pembangunan dan Pemuda
  • Ali Marsaban dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
Dengan didirikannya organisasi ini diharapkan bahwa pencak silat dapat digerakkan dan disebarluaskan sampai ke berbagai pelosok di tanah air sebagai suatu ekspresi kebudayaan nasional. Masyarakat juga mengharapkan bahwa pencak silat distandarisasi agar dapat diajarkan sebagai pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dan dapat dipertandingkan dalam even-even olahraga nasional.
Sesuai dengan keinginan tersebut, langkah pertama yang diusahakan oleh IPSI adalah terbentuknya suatu sistem pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh perguruan pencak silat yang ada di tanah air. Untuk sementara waktu, diadopsikan sebagai standaard system pelajaran pencak silat dasar yang sudah disusun oleh RM S Prodjosoemitro dan diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah Solo dengan dukungan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Balai Kota Surakarta. Hasil dari usaha standarisasi awal pencak silat ini dipertunjukkan oleh kurang lebih 1.000 pesilat anak-anak dalam demonstrasi senam pencak silat massal pada Pembukaan PON I tanggal 8-12 September 1948 di Solo. Sejak PON I tersebut, pencak silat dilombakan sebagai demonstrasi dalam kategori solo dan ganda, baik tangan kosong maupun senjata.
Tidak semua aliran dan perguruan pencak silat sepakat mengenai perlunya organisasi nasional. Ada yang khawatir bahwa dengan penyusunan sistem pencak silat nasional maka persatuan aliran-aliran pencak silat tidak akan terlaksana, bahkan akan terdapat perpecahan karena tiap aliran atau perguruan pencak silat akan mengklaim dirinya yang terbaik. Pada awalnya Gapensi ikut menolak karena anggota panitia IPSI dianggap didominasi oleh anggota perguruan pencak silat Setia Hati. Selain itu, beberapa perguruan pencak silat di daerah Kauman, yang saat ini dikenal dengan nama Tapak Suci, ikut menolak karena Mr Wongsonegoro yang dijadikan Ketua IPSI dikenal sebagai salah seorang tokoh aliran kebatinan. Salah satu anggota Gapensi, yaitu Sukowinadi, kemudian mendirikan organisasi yang bernama Perpi (Persatuan Pencak Indonesia) yang menaungi perguruan pencak silat Benteng Mataram, Mustika, Bayu Manunggal, Bima Sakti dan Trisno Murti. Organisasi baru ini didukung oleh Phasadja Mataram dan Tapak Suci.
Persatuan dan kesatuan jajaran pencak silat di Indonesia masih belum benar-benar terwujud dengan adanya berbagai organisasi pencak silat tersendiri di luar IPSI seperti Gapensi, Perpi, Putra Betawi, dan lainnya. Ditambah lagi pada tahun 1950 ketika terjadi pergolakan pemberontakan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan oleh kelompok gerakan separatis DI/TII. Panglima Teritorium III, Kolonel RA Kosasih, dibantu oleh Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun, pada bulan Agustus 1957 mendirikan PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) di Bandung yang bertujuan menggalang kekuatan jajaran pencak silat untuk menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah bagian barat dan DI Yogyakarta. Sesuai dengan wilayah pembinaannya, yang masuk dalam PPSI adalah perguruan pencak silat aliran Pasundan.
Akibat dibentuknya PPSI menimbulkan dualisme pembinaan dan pengendalian pencak silat di Indonesia. Pendekar-pendekar Jawa Barat merasa bahwa kegiatan yang diprakarsai IPSI didominasi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tidak mencapai Jawa Barat. Menurut pendekar Jawa Barat tetap diperlukan suatu organisasi khusus untuk mengayomi dan mengembangkan perguruan-perguruan pencak silat yang beraliran Jawa Barat. Pada tahun 1950-an IPSI dan PPSI bersaing berebut pengaruh di dunia persilatan dengan saling banyak mendirikan cabang di seluruh provinsi di Indonesia. PPSI berkembang di daerah Jawa Barat, Lampung dan Jawa Timur bagian timur.
Pada tanggal 21-23 Desember 1950 di Yogyakarta diadakan Kongres IPSI II yang memutuskan untuk mengukuhkan organisasi dan menyusun Pengurus Besar IPSI di mana Mr Wongsonegoro diangkat sebagai Ketua Umum, Sri Paduka Paku Alam sebagai Wakil Ketua Umum dan Rachmad sebagai Penulis I. Gapensi dan Perpi ikut bergabung dengan IPSI. Tokoh-tokoh Gapensi dan Perpi menduduki jabatan penting dalam keorganisasian IPSI. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo kemudian diangkat sebagai Kepala Seksi Pencak di Inspeksi Pendidikan Jasmani yang berada di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Jawa Timur.
Pada tahun 1952 dibentuk Lembaga Pencak Silat di bawah Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1953 aktivitas pencak silat dipindahkan dari Jawatan Pendidikan Masyarakat ke Jawatan Kebudayaan. Pada tahun tersebut juga diadakan Kongres IPSI III di Bandung. Demonstrasi pencak silat yang bersifat internasional dalam misi kebudayaan Indonesia dilakukan pada tahun 1955 di Praha, Leningrad, Budapest dan Kairo.
Sistem pencak silat nasional yang telah distandarisasi oleh IPSI ternyata belum dapat memenuhi harapan masyarakat, sehingga peralihan pencak silat dari sarana beladiri menjadi sejenis senam jasmani memakan waktu yang cukup lama. Tim ahli teknik IPSI yang terdiri dari pakar-pakar dari berbagai aliran dan perguruan pencak silat mempelajari ratusan kaidah dan gerak kemudian mencoba menyatukan mereka tanpa menghilangkan warna-warni yang khas. Mereka juga harus menyesuaikan sistem pelajaran tradisional pencak silat yang berpatokan kepada jurus (seri atau kumpulan gerakan) dengan prinsip olahraga modern.
Pada tahun 1960, PB IPSI membentuk Laboratorium Pencak Silat yang bertujuan untuk menyusun peraturan pertandingan pencak silat yang baku dan memenuhi kriteria suatu pertandingan olahraga yang dapat dipertandingkan di tingkat nasional. Anggota laborat tersebut terdiri dari Arnowo Adji HKP dari Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari Setia Hati Terate, Mochamad Hadimulyo dibantu Dr Rachmadi Djoko Suwignjo dan Dr Mohamad Djoko Waspodo dari Nusantara.
Selain mengalami kesulitan teknis dalam mengembangkan metode dan sistematika olahraga yang dapat diterima oleh semua pihak, IPSI juga mendapat resistensi dari kalangan pendekar tradisional yang enggan menerima pemikiran-pemikiran baru karena tidak menginginkan reduksi pencak silat hanya kepada satu bentuknya, yaitu olahraga. Mereka khawatir bahwa aspek integral yang lain, khususnya aspek seni dan aspek spiritual, akan diabaikan dan tidak dapat dirasakan lagi sebagai unsur-unsur yang saling terkait dalam satu totalitas sosiokosmik.
Kesulitan juga datang dari luar dunia pencak silat, karena persaingan yang ketat dari beladiri impor. Antara tahun 1960 - 1966, pada waktu terjadi kemerosotan ekonomi dan politik negara yang turut berdampak terhadap IPSI, beladiri karate dari Jepang secara resmi masuk Indonesia dan dengan tangkasnya memasuki kalangan pelajar dan militer. Pada awalnya, karate dan judo dipraktekkan sebagai olahraga dan dipertandingkan di depan umum. Penerimaan yang positif terhadap beladiri asing, memaksa kalangan pencak silat untuk berpikir dan berbuat lebih baik dalam usaha mengembangkan pencak silat olahraga. Kehadiran karate di Indonesia merupakan cambuk yang benar-benar efektif untuk membangunkan kalangan pencak silat dari tidurnya.
Penggeseran konseptual akhirnya terjadi, meskipun beberapa pendekar pencak silat keberatan apabila makna pencak silat sebagai unsur kebudayaan dalam arti luas dipersempit agar aspek olahraga dapat diutamakan. Pada bulan Januari 1961 IPSI dipindahkan dari Jawatan Kebudayaan ke Jawatan Pendidikan Jasmani, kemudian pada tanggal 31 Desember 1967 IPSI turut aktif dalam mendirikan KONI. Jawatan Pendidikan Jasmani menyelenggarakan Seminar Pencak Silat Seluruh Indonesia yang membahas masalah penyusunan cara pertandingan pencak silat nasional. Kemudian dilakukan uji coba pertandingan bebas full body contact di Solo dan Madiun. Pada tahun yang sama berlangsung PON V di Bandung yang juga mempertandingkan pencak silat.
Pada tahun 1970-an muncul kerangka konseptual di mana induk-induk olahraga beladiri dianggap sebagai alat pertahanan nasional. Sebagai akibatnya cabang-cabang ilmu beladiri mulai ditempatkan di bawah pimpinan tokoh-tokoh militer. Pada Kongres IPSI IV tahun 1973 di Jakarta, Ketua Umum PB IPSI Mr Wongsonegoro yang saat itu usianya sudah sangat tua diganti oleh Brigjen TNI Tjokropranolo, Gubernur DKI Jakarta. Pada tanggal 20-24 Nopember 1973 diadakan Seminar Pencak Silat III di Bogor, nama Ikatan Pentjak Seloeroeh Indonesia diubah menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia.
Dia dengan dibantu oleh beberapa perguruan pencak silat melakukan pendekatan kepada pimpinan PPSI yang akhirnya dalam keputusan Kongres IPSI IV ini PPSI bergabung ke dalam IPSI walaupun masih ada beberapa anggotanya yang tetap bertahan. Kebetulan ketiga pimpinan PPSI satu corps dengan dia di Corps Polisi Militer. Perguruan-perguruan tersebut dianggap telah berhasil mempersatukan kembali seluruh jajaran pencak silat ke dalam organisasi IPSI.
Pada masa kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya, perguruan-perguruan yang ikut aktif dalam memperjuangkan keutuhan IPSI tersebut diberi istilah Perguruan Historis dan dijadikan Anggota Khusus IPSI. Mereka dipandang mempengaruhi sejarah dan perkembangan IPSI serta pencak silat pada umumnya antara tahun 1948 dan 1973 dengan memberikan kontribusi kepada kesatuan pemikiran dalam pembentukan organisasi nasional tunggal pencak silat Indonesia yang diberi nama IPSI, kesatuan tekad untuk mempertahankan IPSI sebagai satu-satunya organisasi nasional pencak silat di Indonesia, kesatuan dukungan untuk menjadikan IPSI sebagai anggota KONI dan kesatuan dukungan untuk memasukkan pencak silat dalam PON sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan. Sepuluh Perguruan Historis tersebut adalah :
  • Persaudaraan Setia Hati
  • Persaudaraan Setia Hati Terate
  • Kelatnas Indonesia Perisai Diri
  • PSN Perisai Putih
  • Tapak Suci Putera Muhammadiyah
  • Phasadja Mataram
  • Perpi Harimurti
  • Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI)
  • PPS Putra Betawi
  • KPS Nusantara
Keputusan Kongres IPSI IV ini juga mengesahkan peraturan pertandingan pencak silat untuk dipergunakan dalam PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Pada PON itu cabang pencak silat diikuti oleh 15 daerah dengan 106 atlet putra dan 22 atlet putri. Pada tanggal 27 April sampai 1 Mei 1975 dilangsungkan Kejuaraan Nasional Pencak Silat I di Semarang yang diikuti oleh 18 provinsi. Pada Munas IPSI tahun 2003, Ketua Umum PB IPSI yang dijabat oleh Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya digantikan oleh Letjen TNI Prabowo Subianto.

Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa)

Dengan kerja keras PB IPSI di bawah kepemimpinan Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya serta dukungan pemerintah dan Presiden Soeharto sebagai Pembina Utama saat itu, IPSI dengan cepat menyebar luas ke dalam maupun ke luar negeri. Kehadiran IPSI sudah menjadi bagian dari Pemerintah Daerah.
Pada tanggal 7-11 Maret 1980 di Jakarta telah berlangsung pertemuan antar negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura serta peninjau dari Brunei Darussalam untuk pembentukan federasi internasional pencak silat. Musyawarah dilakukan di Anjungan Jawa Barat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Hasil musyawarah ini adalah peresmian berdirinya Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa). Sebagai Ketua Presidium Persilat ditunjuk Mayjen TNI Eddie Marzuki Nalapraya yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Umum PB IPSI. Dan untuk membantu dia, sebagai Sekretaris Jenderal ditunjuk Oyong Karmayuda, SH.
Disepakati pula untuk menetapkan keempat negara pendiri sebagai sumber pencak silat, yaitu :
  1. Indonesia : IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia)
  2. Singapura : Persisi (Persekutuan Silat Singapura)
  3. Malaysia : Pesaka (Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia)
  4. Brunei Darussalam : Persib (Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam)
Selain Anggota Pendiri, Persilat memiliki Anggota Berserikat (organisasinya telah diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan) dan Anggota Gabungan (bertaraf perguruan dan belum diakui oleh instansi pemerintah negara yang bersangkutan).
Sampai pertengahan tahun 2006, pencak silat telah menyebar di 28 negara dan telah diwadahi dalam organisasi-organisasi pencak silat sebagai berikut :
  1. Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
  2. Persekutuan Silat Singapura (Persisi)
  3. Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (Pesaka)
  4. Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalan (Persib)
  5. Pencak Silat Association of Thailand (PSAT)
  6. Ikatan Pencak Silat Vietnam (Isavie)
  7. Philippines Pencak Silat Association (Philsilat)
  8. Myanmar Pencak Silat Association (MPSA)
  9. Pencak Silat of Laos (PSL)
  10. Western Australia Pencak Silat Association (WAPSA)
  11. Nederlandse Pencak Silat Bond (NPSB)
  12. Japan Pencak Silat Association (Japsa)
  13. Federation Espanola Pencak Silat (FEPS)
  14. Pencak Silat Verband Oesterreichs (PSVO)
  15. Suriname Pencak Silat Association (SPSA)
  16. Pencak Silat Federation of The United Kingdom (PSFUK)
  17. Pencak Silat Union of Belgium (PSUB)
  18. Pencak Silat Union Deutschland (PSUD)
  19. Association France Pencak Silat (AFPS)
  20. Pencak Silat Switzerland (PSS)
  21. Turkish National Pencak Silat Association (TNPSA)
  22. Persekutuan Kanada Silat (Perkasa)
  23. Palestine Association of Seni Silat (PASS)
  24. Yemen Pencak Silat Federation (YPSF)
  25. Nepal Silat Association (NSA)
  26. Russian Pencak Silat Federation (RPSF)
  27. Indian Pencak Silat Association (IPSA)
  28. Federazione Italiana Pencak Silat (FIPS)
Tahun 1982 pencak silat mulai dipertandingkan pada tingkat internasional dengan Invitasi Pencak Silat Internasional ke-I di Stadion Senayan, Jakarta. Yang ke-II diadakan tahun 1984 di Jakarta dan yang ke-III tahun 1986 di Wina, Austria. Nama ini kemudian diganti menjadi Kejuaraan Dunia dan diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 1987. Berikutnya diadakan tahun 1989 di Den Haag, Belanda. Pada tahun 1992 kembali diadakan di Jakarta dan tahun 1995 diadakan di Thailand. Selain Kejuaraan Dunia, pencak silat juga dipertandingkan pada SEA Games.
Sebagai usaha memasukkan pencak silat ke Asian Games, IPSI dan anggota Persilat lainnya telah membentuk organisasi pencak silat Asia Pasific pada bulan Oktober 1999. Pada Asian Games 2002 di Korea Selatan, pencak silat masuk dalam agenda Sport Cultural Event. Sasaran selanjutnya adalah upaya memasukkan pencak silat resmi menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games mendatang.


Nih Alamatnya .. klik disini

Kamis, 04 Februari 2016

Silat Cimade

Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya dan juga Cianjur selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan sebagainya. Dan dalam perjalanan tersebut dia sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, dia tidak menemukan istrinya ada di rumah, padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore. Dia menunggu dan menunggu, sampai merasa jengkel dan khawatir, jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir, yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya, "Ti mana maneh?" (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul, tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kelelahan dan menyadari kekhilafannya, dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "Ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet (Salah satu monyet memegang ranting pohon). Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai semuanya, dan itu menjelang tengah malam. Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan dia. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Dia berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa dia bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah dia membangun reputasinya di dunia persilatan.

Jurus yang dilatih

  1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dan lain-lain).
  2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah).
  3. Jurus Pepedangan(ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada . Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab "ti indung" (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.
Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dan lain-lain). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, zaman penjajahan Belanda), dan lain-lain.

Versi kedua

Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui.[10] Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga dia berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dan sebagainya).[11] Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di Amerika oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.

Versi ketiga

 

Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan dia di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam Bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana dia belajar Maenpo ini, apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut, tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande yaitu Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dan lain-lain.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok, tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari Cina dan juga dari Sumatera. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" ( pamuk dalam Bahasa Sunda artinya Guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.
Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa dia: "selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga dia selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia "ibing" di atas panggung penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" – istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam Bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).
klik disini

Rabu, 03 Februari 2016

Silek Harimau Minangkabau

Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari Pauah, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh [2], Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau [7]. Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini dia peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok[8]. Daerah Koto Anau, Bayang dan Banda Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauah di Kota Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.
Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah

  • Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat.
  • Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja[?]),
  • Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
  • Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
  • Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia[?]).
Pada masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri[9]. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan sekitarnya), Hadhramaut (Yaman), Mesir, Campa (Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar pada masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan pada masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.
Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)klik disini

Senin, 18 Januari 2016

Tradisional Martial Art

Martial arts are codified systems and traditions of combat practices, which are practiced for a variety of reasons: self-defense, competition, physical health and fitness, entertainment, as well as mental, physical, and spiritual development.
Although the term martial art has become associated with the fighting arts of eastern Asia, it originally referred to the combat systems of Europe as early as the 1550s. The term is derived from Latin, and means "arts of Mars", the Roman god of war. Some authors have argued that fighting arts or fighting systems would be more appropriate on the basis that many martial arts were never "martial" in the sense of being used or created by professional warriors.

and here I will explain the self-defense of the traditional martial arts of Southeast Asia namely pencaksilat of Indonesia